Lalu Lampau

    Aku sudah jatuh cinta sedalam ini.
    Bahkan ini merupakan kali pertamaku   merasakan perasaan yang menyakitkan ini.
    Orang yang mampu membuatku jatuh cinta sedalam ini adalah orang yang sama yang  mampu membuatku patah hati sehebat ini.
    Aku mencoba tegar,  bangkit dari keterpurukan ku,  mencoba menghilangkan semua ingatanku tapi aku gagal. Aku tak pernah bisa membuatnya berhenti menghujam jantungku.
   Entah salahku kah yang menempatkan perasaan ini terlalu dalam,  ataukah salahku karena memilih orang yang salah? 
    Apakah aku tau pada akhirnya ia bukanlah orang yang tepat? Apakah aku tau akan seperti ini akhirnya? 
    Ku kira dia akan menjadi lelaki terakhir setelah ayahku yang ku andalkan,  ku banggakan,  dan ku berikan kepercayaanku sepenuhnya.
    Tetapi lagi-lagi, aku salah. Ternyata bukan dia orangnya.
   Dan setelah ia menghempaskanku jatuh diatas daratan paling dalam, gelap dan sunyi ini,  ia meninggalkanku tanpa rasa ampun sedikitpun yang terbesit dalam hatinya. 
     Berharap aku akan bangkit lagi dengan mudahnya dan mencari kesenangan baru dan lainnya. Aku tak bisa. Bahkan untuk memikirkan akan bangun dan berlari lagi ke lain hatipun aku tak sanggup.  Lantas bagaimana caranya kamu dapat berfikir aku akan baik2 saja tanpamu? 
     Sudahkah kamu memikirkan semua dampak yang terjadi tidak hanya padamu juga padaku? 
     Melihatku dengan keterpurukanku saat ini pun tak adakah ibamu sedikitpun? 
  Kamu tinggalkan semua kenangan serta sakit hati ini dan berharap aku dapat cepat melupakannya sambil melihat mu bahagia bersama orang lain? 
   Berfikirlah,  aku mencintaimu sejak awal dengan segala ketulusan yang ku miliki. Berfikir untuk mendua ataupun pergi darimu saja tak ada waktuku karna aku terlalu sibuk untuk jatuh cinta padamu setiap harinya. 
   Tidakkah kamu merasakan rindu yang sedari dulu ini ku rasakan hingga membuat sesak dadaku ini?  Ingin rasanya aku bernafas lega,  melepas semua tali ikatan yang mencengkeram hatiku ini,  namun tak kau biarkan bagiku hanya untuk melonggarkan tali yang sempat kau ikat mati ini lalu kau tinggal pergi. 
   Kamu,  lihatlah aku. Kurang puaskah kamu membuatku semakin hari semakin terpuruk dengan keadaanku? Pandanglah aku sejenak,  dengarkan hatimu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terkapar.

Tentang Kasihmu

Everlasting Pain